Thobaqot Syafiiyyah Archives - Darussalam Asy Syafii https://darussalam.or.id/category/tsaqofah/thobaqot-syafiiyyah/ Pusat Pembelajaran Fiqh Madzhab Asy-Syafi'i Fri, 12 Mar 2021 23:08:28 +0000 en-US hourly 1 https://wordpress.org/?v=6.6.2 https://darussalam.or.id/wp-content/uploads/2019/08/cropped-ds-icon-32x32.png Thobaqot Syafiiyyah Archives - Darussalam Asy Syafii https://darussalam.or.id/category/tsaqofah/thobaqot-syafiiyyah/ 32 32 Al Imam Abu Ibrahim Ismail Ibn Yahya Al Muzani (W. 264 H) https://darussalam.or.id/2020/05/al-imam-abu-ibrahim-ismail-ibn-yahya-al-muzani-w-264-h/ https://darussalam.or.id/2020/05/al-imam-abu-ibrahim-ismail-ibn-yahya-al-muzani-w-264-h/#respond Thu, 14 May 2020 02:36:09 +0000 https://darussalam.or.id/?p=446 Beliau adalah Ismail bin Yahya bin Ismail abu Ibrahim al muzani. Beliau dilahirkan pada tahun 175 H dan menuntut ilmu

The post Al Imam Abu Ibrahim Ismail Ibn Yahya Al Muzani (W. 264 H) appeared first on Darussalam Asy Syafii.

]]>
Beliau adalah Ismail bin Yahya bin Ismail abu Ibrahim al muzani. Beliau dilahirkan pada tahun 175 H dan menuntut ilmu kepada Al Imam Asy syafi’i sejak masuknya Al imam ke mesir di akhir tahun 199 H. Al Imam Al Muzani merupakan salah satu murid spesial, seorang yang sangat faqih, kuat dalam berhujjah terutama ketika berdebat dan membela madzhab gurunya. Seorang yang sangat zuhud, wara’ dan banyak beribadah.
Al hafidz Ibnu Abdil Barr berkata tentang Al Imam Al Muzani: “ Adalah beliau (Al Muzani) termasuk murid Asy syafi’i yang paling alim, dalam pemahamannya lagi cerdas. Kitab-kitab dan mukhtashor (ringkasan fiqh asy syafi’i) nya tersebar ke seluruh penjuru dunia, timur dan barat. Seorang yang sangat bertaqwa, wara’, dan zuhud.”

Beliau menulis banyak kitab seperti al jaami’ al kabiir, al jaami’ ash shoghir, almantsur, syarhus sunnah dan lain-lainnya, namun yang paling masyhur adalah kitab mukhtashornya yaitu al mukhtashor ash shoghir atau yang masyhur dengan nama mukhtashor al muzani. Kitab inilah yang menjadi pokok pangkal penulisan kitab-kitab madzhab syafi’I dari masa beliau sampai masa kita ini. Para ulama’ syafi’iyyah yang datang kemudian menjelaskan panjang lebar kitab mukhtashor al muzani ini, diantaranya adalah nihayatul matlab fi diroyatil madzhab karya dari al imam al haromain abul ma’ali al juwaini dan juga kitab al hawi al kabir (w.419 H) karya dari Al imam ali bin Muhammad Al Mawardi (w. 450 H). Al Imam al juwaini sendiri termasuk dari syafi’iyyah yang kitab-kitab nya mengikuti metode khurosaniyyun sementara Al Imam Al Mawardi mengikuti metode ‘iroqiyyun. Sampai-sampai Al hafidz Al Baihaqi berkata: “ aku tidak mengetahui kitab yang ditulis di dalam islam yang lebih besar manfaatnya dan lebih luas barakahnya serta lebih banyak buahnya dari kitabnya tersebut (yakni mukhtashor Al Muzani)”.

Al Imam Al Muzani adalah pengganti Al Imam Al Buwaithi di halaqoh beliau. Al Hafidz Al Baihaqy berkata: “ ketika terjadi apa yang terjadi kepada Al Buwaithi (beliau mengisyaratkan kepada masalah fitnah al qur’an makhluq yang menyebabkan banyak ulama dan aimmah yang dipenjara saat itu, termasuk Al Buwaithi), maka Al Muzani lah yang menggantinya mengajar fiqh asy syafi’i.
Al Muzani memiliki ilmu yang sangat mendalam sehingga beliau sebenarnya mencapai derajat mujtahid mutlaq dan memiliki madzhab tersendiri di akhir hayatnya. Asy syaikh Dr. Muhammad Hasan Hitu mengatakan : “ ….kesimpulannya, bahwa apa saja dari perkataannya bersesuaian dengan pendapat Asy Syafi’i dan berjalan di atas kaidah-kaidah Asy Syafi’i maka itu termasuk dalam madzhab (Asy Syafi’i) adapun jika menyelisihi perkataan Asy Syafi’i maka itu termasuk madzhabnya sendiri. Dan beliau memang pantas memiliki madzhabnya sendiri.” Sebagai gambaran akan kepakaran dan kedalaman ilmu Al Muzani , disebutkan dalam sebuah risalah doctoral tentang Al Imam Abu Ibrahim Al muzani dan pengaruhnya di dalam fiqh asy syafi’iyyah karya dari Asy syaikh Dr. Mahmud Ali As Sarthowi, bahwa ada 340 masalah fiqh yang merupakan ikhtiyaroot (pilihan/pendapat fiqh) Al Muzani yang keluar dari pendapat Asy Syafi’i, ditambah ada 73 masalah yang dikeluarkan (takhrij) oleh Al Muzani dari ushul imamnya (yakni Asy Syafi’i) dan bahkan ada 13 masalah yang Al Muzani terang-terangan menyatakan bahwa Asy Syafi’i keliru.
Demikianlah sekilas tentang Al Imam Abu Ibrahim Al Muzani. Mudah-mudahan Allah senantiasa merahmati para ulama dan aimmah dan menempatkan mereka semua di jannah-Nya… amin.

Maroji : Al Madkhol ila madzhabisy syafi’i hal 102-104.

The post Al Imam Abu Ibrahim Ismail Ibn Yahya Al Muzani (W. 264 H) appeared first on Darussalam Asy Syafii.

]]>
https://darussalam.or.id/2020/05/al-imam-abu-ibrahim-ismail-ibn-yahya-al-muzani-w-264-h/feed/ 0
Al Imam Yusuf bin Yahya Abu Ya’qub Al Buwaithi (w. 231 H) https://darussalam.or.id/2020/04/yusuf-bin-yahya-abu-yaqub-al-buwaithi-w-231-h/ https://darussalam.or.id/2020/04/yusuf-bin-yahya-abu-yaqub-al-buwaithi-w-231-h/#comments Sun, 19 Apr 2020 14:40:31 +0000 https://darussalam.or.id/?p=410 Beliau adalah Yusuf bin Yahya , Abu Ya’qub Al Buwaithi, nisbah kepada sebuah desa yang bernama Buwaith. Beliau belajar kepada

The post Al Imam Yusuf bin Yahya Abu Ya’qub Al Buwaithi (w. 231 H) appeared first on Darussalam Asy Syafii.

]]>

Beliau adalah Yusuf bin Yahya , Abu Ya’qub Al Buwaithi, nisbah kepada sebuah desa yang bernama Buwaith. Beliau belajar kepada Al Imam Asy syafi’i ketika al imam masuk ke mesir. Imam Al Buwaithi seorang mujtahid, ahli zuhud, dan sangat wara’. Namanya banyak disebut-sebut dikitab-kitab syafi’iyyah. Beliau adalah salah satu dari perawi utama yang meriwayatkan madzhab jadid dari Al Imam Asy syafi’i. Beliau memiliki kitab mukhtashor dari perkataan-perkataan gurunya yakni Asy syafi’i, yang merupakan salah satu rujukan untuk mengetahui qoul dari asy syafi’i.

Imam Al buwaithi termasuk murid yang diunggulkan oleh Al Imam Asy syafi’i di antara murid-muridnya yang lain. Oleh karenanya beliaulah yang menggantikan Al Imam Asy syafi’i di halaqohnya dan juga dalam berfatwa sepeninggalan asy syafi’i.

Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim dengan sanadnya sampai kepada Ar Rabii’ bin Sulaiman Al Muroodi: “Bahwa Abu ya’qub memiliki kedudukan (tinggi) di sisi Asy syafi’i. Dahulu ada seorang lelaki bertanya kepada Asy Syafi’i tentang satu permasalahan maka Asy syafi’i berkata: “tanyakan kepada abu ya’qub.” Maka setelah abu ya’qub menjawabnya, lelaki tadi mengabari Asy syafi’i akan jawaban Abu Ya’qub. Kemudian beliau berkata: “(jawabnya) adalah sebagaimana perkataannya (abu ya’qub)”.

Suatu ketika pernah datang utusan dari polisi untuk meminta fatwa kepada Asy Syafi’i maka beliau mengarahkannya kepada Abu Ya’qub seraya berkata : “(dia) ini adalah lisanku”. Demikianlah, sehingga tidaklah mengherankan ketika Al Imam sakit, maka Abu ya’qub al buwaithi lah yang menggantikan tempat beliau dalam pelajaran dan dalam fatwa.

Diriwayatkan oleh Al Baihaqy dengan sanadnya sampai kepada Ar Rabii’ Al Murodi bahwa ketika Al Imam Asy syafi’i sakit yang mengantarkan kepada wafatnya datanglah Muhammad bin Abdillah bin Abdilhakim berselisih dengan Al Buwaithi untuk memegang “kursi syaikh” di majlisnya Al Imam Asy syafi’i. Maka datanglah Al Imam Al humaidi yang ketika itu berada di mesir, beliau berkata : “Berkata syafi’i: “Tidak ada seorangpun yang berhak atas majlisku dari pada Yusuf bin Yahya, dan tidak ada seorang dari ashab-ku yang lebih ‘alim darinya…”

Al Imam Abu Ya’qub seorang yang sangat Alim bahkan masih lebih unggul dari dua murid utama Asy syafi’i yang lainnya yakni Al Muzani dan Ar Rabii’ Al murodi, namun dua yang terakhir ini lebih banyak karyanya dan lebih sering disebutkan di dalam kitab-kitab syafi’iyyah. Hal ini dikarenakan Al buwaithi dipenjara oleh Khalifah Al waatsiq dan diseret dalam keadaan membawa belenggu yang berat dari mesir ke baghdad dikarenakan mempertahankan aqidah salaf bahwa Al qur’an kalamullah bukan makhluq. Sementara dua murid Asy syafi’i yang lain berusia cukup panjang, lebih dari 30 tahun dari usia Al buwaithi. Sehingga kesempatan untuk mengajarkan madzhab al imam asy syafi’i lebih banyak dan lebih banyak yang murid-murid yang meriwayatkan kitab-kitab al imam asy syafi’i kepada mereka berdua.

Sebagaimana disebutkan di atas, Abu Ya’qub Al Buwaithi di penjara di baghdad. Dikisahkan setiap kali adzan jum’at berkumandang maka beliau mandi dan mengenakan pakaiannya yang terbaik dan kemudian menuju pintu penjara untuk keluar sholat juma’t namun para penjaga penjara melarang beliau. Beliau berkata : “Ya Allah, aku datang memenuhi panggilan-Mu namun mereka semua menghalangiku”. Demikianlah keadaan imam besar ini sampai kemudian beliau wafat di dalam penjara karena mempertahankan aqidahnya, rahimahullah ta’ala rahmatan wasi’atan..wa askanahu fasiha jannatih.

Maroji : Al Madkhol ila madzhabisy syafi’i hal 100-102.

The post Al Imam Yusuf bin Yahya Abu Ya’qub Al Buwaithi (w. 231 H) appeared first on Darussalam Asy Syafii.

]]>
https://darussalam.or.id/2020/04/yusuf-bin-yahya-abu-yaqub-al-buwaithi-w-231-h/feed/ 1