Beliau adalah Ismail bin Yahya bin Ismail abu Ibrahim al muzani. Beliau dilahirkan pada tahun 175 H dan menuntut ilmu kepada Al Imam Asy syafi’i sejak masuknya Al imam ke mesir di akhir tahun 199 H. Al Imam Al Muzani merupakan salah satu murid spesial, seorang yang sangat faqih, kuat dalam berhujjah terutama ketika berdebat dan membela madzhab gurunya. Seorang yang sangat zuhud, wara’ dan banyak beribadah.
Al hafidz Ibnu Abdil Barr berkata tentang Al Imam Al Muzani: “ Adalah beliau (Al Muzani) termasuk murid Asy syafi’i yang paling alim, dalam pemahamannya lagi cerdas. Kitab-kitab dan mukhtashor (ringkasan fiqh asy syafi’i) nya tersebar ke seluruh penjuru dunia, timur dan barat. Seorang yang sangat bertaqwa, wara’, dan zuhud.”
Beliau menulis banyak kitab seperti al jaami’ al kabiir, al jaami’ ash shoghir, almantsur, syarhus sunnah dan lain-lainnya, namun yang paling masyhur adalah kitab mukhtashornya yaitu al mukhtashor ash shoghir atau yang masyhur dengan nama mukhtashor al muzani. Kitab inilah yang menjadi pokok pangkal penulisan kitab-kitab madzhab syafi’I dari masa beliau sampai masa kita ini. Para ulama’ syafi’iyyah yang datang kemudian menjelaskan panjang lebar kitab mukhtashor al muzani ini, diantaranya adalah nihayatul matlab fi diroyatil madzhab karya dari al imam al haromain abul ma’ali al juwaini dan juga kitab al hawi al kabir (w.419 H) karya dari Al imam ali bin Muhammad Al Mawardi (w. 450 H). Al Imam al juwaini sendiri termasuk dari syafi’iyyah yang kitab-kitab nya mengikuti metode khurosaniyyun sementara Al Imam Al Mawardi mengikuti metode ‘iroqiyyun. Sampai-sampai Al hafidz Al Baihaqi berkata: “ aku tidak mengetahui kitab yang ditulis di dalam islam yang lebih besar manfaatnya dan lebih luas barakahnya serta lebih banyak buahnya dari kitabnya tersebut (yakni mukhtashor Al Muzani)”.
Al Imam Al Muzani adalah pengganti Al Imam Al Buwaithi di halaqoh beliau. Al Hafidz Al Baihaqy berkata: “ ketika terjadi apa yang terjadi kepada Al Buwaithi (beliau mengisyaratkan kepada masalah fitnah al qur’an makhluq yang menyebabkan banyak ulama dan aimmah yang dipenjara saat itu, termasuk Al Buwaithi), maka Al Muzani lah yang menggantinya mengajar fiqh asy syafi’i.
Al Muzani memiliki ilmu yang sangat mendalam sehingga beliau sebenarnya mencapai derajat mujtahid mutlaq dan memiliki madzhab tersendiri di akhir hayatnya. Asy syaikh Dr. Muhammad Hasan Hitu mengatakan : “ ….kesimpulannya, bahwa apa saja dari perkataannya bersesuaian dengan pendapat Asy Syafi’i dan berjalan di atas kaidah-kaidah Asy Syafi’i maka itu termasuk dalam madzhab (Asy Syafi’i) adapun jika menyelisihi perkataan Asy Syafi’i maka itu termasuk madzhabnya sendiri. Dan beliau memang pantas memiliki madzhabnya sendiri.” Sebagai gambaran akan kepakaran dan kedalaman ilmu Al Muzani , disebutkan dalam sebuah risalah doctoral tentang Al Imam Abu Ibrahim Al muzani dan pengaruhnya di dalam fiqh asy syafi’iyyah karya dari Asy syaikh Dr. Mahmud Ali As Sarthowi, bahwa ada 340 masalah fiqh yang merupakan ikhtiyaroot (pilihan/pendapat fiqh) Al Muzani yang keluar dari pendapat Asy Syafi’i, ditambah ada 73 masalah yang dikeluarkan (takhrij) oleh Al Muzani dari ushul imamnya (yakni Asy Syafi’i) dan bahkan ada 13 masalah yang Al Muzani terang-terangan menyatakan bahwa Asy Syafi’i keliru.
Demikianlah sekilas tentang Al Imam Abu Ibrahim Al Muzani. Mudah-mudahan Allah senantiasa merahmati para ulama dan aimmah dan menempatkan mereka semua di jannah-Nya… amin.
Maroji : Al Madkhol ila madzhabisy syafi’i hal 102-104.