Hukum Sesuatu yang Terkena Najis Anjing
Fatwa Ibnu Hajar al-Haitami
(وَسُئِلَ) – رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ – عَمَّنْ تَنَجَّسَ بِكَلْبِيَّةٍ فَمَا حُكْمُهُ؟
(فَأَجَابَ) – نَفَعَ اللَّهُ بِهِ – إنْ كَانَتْ النَّجَاسَةُ حُكْمِيَّةً طَهُرَتْ بِمُرُورِ الْمَاءِ عَلَيْهَا سَبْعًا مَعَ التَّرْتِيبِ فِي إحْدَاهَا، وَإِنْ كَانَتْ عَيْنِيَّةً لَمْ تَطْهُرْ إلَّا إذَا زَالَتْ الْعَيْنُ وَصِفَاتُهَا، ثُمَّ غُسِلَتْ سَبْعًا إحْدَاهُنَّ بِالتُّرَابِ فَلَوْ فُرِضَ أَنَّ الْعَيْنَ لَمْ تَزُلْ إلَّا بِسِتِّ غَسَلَاتٍ كَانَتْ كُلُّهَا غَسْلَةً وَاحِدَةً عَلَى الْأَصَحِّ وَاَللَّهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى أَعْلَمُ بِالصَّوَابِ.
Soal : Bagaimana hukum sesuatu yang terkena najis anjing?
Jawab :
Jika najisnya hukmiyyah ( tidak ada fisik dan sifat najis ) maka bisa menjadi suci dengan mengalirkan air tujuh kali dengan salah satunya dicampur dengan tanah. Namun jika najisnya ‘ainiyyah ( nampak fisik dan sifatnya ), tidak bisa menjadi suci kecuali hilang fisik dan sifat-sifatnya kemudian baru dibasuh tujuh kali salah satunya dicampur dengan tanah. Seandainya fisik najis tidak bisa hilang kecuali dengan enam basuhan, maka enam basuhan ini terhitung satu basuhan menurut pendapat ashah.
Allahu ta’ala a’lam bis shawab.
( Fatawa Fiqhiyyah Kubra I/28 )