Berikut rincian hukum air musta’mal menurut empat madzhab
1️⃣ Najis
Pendapat ini diriwayatkan oleh Abu Yusuf dan Al Hasan bin Ziyad dari Abu Hanifah [1]. Abu Yusuf pun mengambil pendapat ini [2]. Namun, al Qodhi Abu Hazim al Iraqi mengatakan, “Kami berharap riwayat Abu Hanifah yang mengatakan air mustamal najis itu tidak valid.” [1]
2️⃣ Suci, Mensucikan Najis tapi Tidak Mensucikan Hadats
Ini dinukil sebagai pendapat mu’tamad madzhab Hanafi dalam kitab al Mausuah al Fiqhiyah al-Kuwaitiyyah [3].
3️⃣ Suci, Tidak Mensucikan Hadats maupun Najis
Ini merupakan pendapat Syafi’iyyah [3], Hanabilah [3,4], dan Muhammad bin al Hasan dari kalangan Hanafiyyah. Bahkan, dalam kitab Mausuah Akham ath Thaharoh, ini menjadi sandaran fatwa dalam madzhab Abu Hanifah [2].
4️⃣ Suci, Mensucikan tapi Makruh untuk Hadats
Ini merupakan pendapat Malikiyah. Kemakruhan muncul jika masih tersedia air lain yang tidak mustamal [3,5].
5️⃣ Suci, Mensucikan tidak Makruh
Pendapat ini diriwayatkan dari Imam Ahmad [3] dan dikuatkan oleh Ibnu Hazm, Ibnu Taimiyyah, Ibnu Abdil Hadi, Asy Syaukani [2]. An Nakho’i, az Zuhri, ats Tsauri juga memilih pendapat ini. Terdapat juga salah satu riwayat dari Imam Malik dan salah satu pendapat dari Imam Syafi’i [6].
Forum diskusi santri Ma’had Darussalam as-Syafii ( masalah ke-9 )
📚 Sumber:
[1] Bada-i’ ash-Shona-i’ fi Tartibi asy-Syaro-i’. Jilid 1, Hal: 66–67.
[2] Mausu’ah Ahkam ath-Thoharoh. Jilid 1, Hal: 190
[3] al-Mausu’ah al-Fiqhiyyah al-Kuwaitiyyah. Jilid 39, Hal: 359–362
[4] Umdah al-Fiqh. Hal: 13
[5] al-Fiqh ‘ala al-Madzahib al-Arba’ah. Jilid 1, Hal: 31
[6] Fath al-Masalik syarh ‘Umdah as-Salik, Jilid 1, Hal: 79–80