Bismillah,
Sudah diketahui bahwa dhomir terbagi menjadi dua, muttashil dan munfashil. Perbedaannya dilihat dari bisa tidaknya dhomir tersebut muncul di awal dan muncul setelah illa (إلا). Jika tidak bisa, itulah muttashil. Ibnu Malik mengatakan:
وذو *اتصال* منه ما *لا يبتدا*
— و *لا يلي إلا* ….
Tetapi, dua macam dhomir ini, bisa mempunyai mahal i’rab yang sama. Sebagai contoh, ka(ـك) dan iyyaka (إياك) yang keduanya bermahal nashob. Lantas, mana yang kita pilih, semisal antara أكْرَمْتُك atau أكْرَمْتُ إياك ?
Prinsip Dasar: Harus Menggunakan Dhomir Muttashil jika Memungkinkan
Secara asal, kaedahnya adalah “jika memungkinkan dhomir muttashil, tidak boleh memakai dhomir munfashil“, sebagaimana Ibnu malik mengatakan
وفي اختيار لا يجيء المنفصل
— إذا *تأتى* أن يجيء المتصل
Terkait pertanyaan di atas, Ibnu Aqil menjelaskan dalam syarah bait tersebut: “.. engkau tidak berucap menggunakan kalimat أكْرَمْتُ إياك karena mungkin bagimu untuk menggunakan dhomir muttashil sehingga engkau katakan أكرمتك.”
Ini dalam kasus kita ingin dhomir nashob tersebut di belakang kalimat. Namun, jika kita menginginkan dhomirnya di awal, tidak ada pilihan selain munfashil karena dhomir muttashiltidak mungkin di awal, sebagaimana sudah dijelaskan. Oleh karena itu, pada Quran kita ketahui ada ayat إياك نعبد.
Pengecualian Prinsip Dasar
Namun, terdapat dua kasus yang membolehkan menggunakan dhomir munfashil padahal bisa menggunakan dhomir muttashil.
- Ketika fi’il yang membutuhkan dua maf’ul, kedua maf’ulnya dhomir. Maka, boleh dhomir keduanya munfashil, seperti أعطيتك إياه walaupun bisa menggunakan dhomir muttashilmenjadi أعطيتكه. Begitu pula seperti ظن, semisal ظننتكه, maka boleh kita menjadikannya ظننتك إياه.
- Ketika dhomirnya adalah khobar kaana (كان) atau saudari-saudarinya. Contohnya, كُنْتُه, boleh juga diucapkan كنت إياه
Lebih lanjutnya para ahli nahwu berbeda pendapat, mana yang lebih rojih: apakah dhomir muttashil atau munfashil. Tapi, sebagaimana dijelaskan keduanya boleh. Ibnu Malik berkata dalam alfiyahnya:
و *صل أو افصل* هاء *سلنيه* وما
— أشبهه في *كنته* خلف تمى
كذاك *خلتنيه* ، واتصالا
— أختار ، غيري اختار الانفصالا
Wallahu a’lam
Penulis: Rifki Nur ( Santri Ma’had Darussalam angkatan 4 )
Sumber:
Syarh Ibnu Aqil. Jilid 1: 63-74. Dar Ibnu Katsir
——
📝Silakan follow media kami berikut untuk mendapat update terkait Mahad Darussalam
Web: darussalam.or.id
FB: fb.me/darussalam.or.id
IG: instagram.com/darussalam.or.id
YT: youtube.com/mahaddarussalam
WA: chat.whatsapp.com/F5udYkGAB10KWmOTfbbI4h