Alhamdulillah. Ma’had ‘Ilmi Darussalam, Yogyakarta, akhirnya mengawali rangkaian kegiatan belajar mengajar (KBM) untuk angkatan pertamanya. Rangkaian KBM ini dibuka dengan kegiatan dauroh ilmiah yang diselenggarakan pada hari Sabtu dan Ahad, 24-25 Agustus 2019, pukul 08.00-14.30 WIB, bertempat di Masjid Al Ashri, Pogung Rejo, Yogyakarta. Selain dikhususkan bagi santri ma’had, dauroh ini juga terbuka untuk umum.
Dauroh ini dibawakan oleh Ustadz Aris Munandar, S.Sn., M.P.I.,-hafizhahullah-membahas kitab Mukhtasharul Fawaaidil Makkiyyah Fiimaa Yahtaajuhu Thalabatusy Syaafi’iyyah, karya Al ‘Alamah Asy Syaikh ‘Alawi bin Ahmad Asy Syaqqaaf Asy Syafi’i Al Makkiy. Kitab ini dipilih dengan beberapa pertimbangan.
“Kitab ini ringkas, sehingga bisa didaurohkan. Meski ringkas, namun mencakup faedah secara umum seputar adab-adab menuntut ilmu, juga faedah-faedah khusus seputar fikih Madzhab Syafi’i yang selayaknya diketahui pelajar fikih Syafi’i,” tutur Ustadz Agus Abu Husain, mudir Ma’had Ilmi Darussalam.
“Jadi, sebelum belajar fikih Syafi’i, hendaknya mempelajari dulu gambaran global fikih Madzhab Syafi’i, seperti istilah-istilahnya, kitab-kitabnya, ulama-ulamanya, dan lain-lain,” imbuhnya.
Hal senada juga disampaikan oleh Dewan Pengawas Ma’had Darussalam, Ustadz Farid Fadhillah, Ph.D.
“Dilihat dari bab-babnya, Al Fawaaid Al Makkiyyah termasuk yang cukup lengkap. Kemudian ada versi mukhtashornya sehingga lebih mudah diselesaikan dalam waktu singkat,” jelas beliau.
Kegiatan dauroh ini menjadi semacam pengantar belajar, khususnya bagi para santri Ma’had Ilmi Darussalam. Sebab, setelah ini, mereka akan mulai menjalani rangkaian KBM dengan fokus pada materi pelajaran fikih Madzhab Syafi’i.
Dalam sambutannya, Ustadz Agus menyinggung soal pentingnya belajar fikih madzhab. Sebab, metode pembelajaran ini (fikih madzhab) telah dijalani para fuqaha selama berabad-abad. Demikian pula dengan pilihan untuk fokus pada satu fikih madzhab. Hal ini didasarkan pada fatwa ulama, antara lain, Syaikh Utsaimin-rahimahullah. Syaikh menganjurkan para penuntut ilmu agar menguasai satu madzhab beserta kitab-kitabnya. Jika sudah mumpuni, baru kemudian mempelajari perbandingan madzhab.
Lebih jauh, Ustadz Agus menyampaikan bahwa Syaikh Shalih Ushaimi-hafizhahullah-pun memberi saran agar para penuntut ilmu belajar fikih dari jalur madzhab. Meksipun, dalam praktiknya, tidak harus mengambil pendapat fikih seratus persen.
“Ma’had Darussalam berkomitmen untuk menjadi lembaga pendidikan yang fokus pada Madzhab Syafi’i. Selain itu, juga akan berupaya menjadi maktabah dengan kitab-kitab yang mayoritas membahas Madzhab Syafi’i,” pungkasnya. (teks & foto: a.n.)