Maa Ats Tsalji (ماء الثلج) dan Maa Al Baradi (ماء البرد), Apakah Perbedaannya?

Maa Ats Tsalji (ماء الثلج) dan Maa Al Baradi (ماء البرد), Apakah Perbedaannya?

Biasanya ketika seorang Muslim mempelajari Fiqih Madzhab Imam Asy Syafi’i level dasar akan dimulai dari matan kitab yang tipis seperti Safinatun Naja atau Matan Abi Syuja. Dan tentu saja bagian awal kitab menjelaskan tentang bersuci.

Wabil khusus dalam kitab Matan Abi Syuja dijelaskan jenis-jenis air yang sah digunakan untuk bersuci. Disampaikan dalam kitab التذهيب في أدلة متن الغاية و التقريب karya Syaikh Profesor Doktor Mushtafa Dib Al Bugha pada halaman 9 Penerbit Darul Mushtafa :

المياه التي يجوز بها التطهير سبع مياه

Air yang bisa dipakai untuk bersuci (baca : sah) ada 7 macam

1 – ماء السماء

Air hujan

2 – وماء البحر

Air laut

3 – وماء النهر

Air sungai

4 – وماء البئر

Air sumur

5 – وماء العين

Air dari mata air

6 – وماء الثلج

Air Tsalji

7 – وماء البرد

Air Baradi

Itu adalah matan kitab ghayah wa taqrib, kemudian diberi sedikit komentar oleh Syaikh Profrsor Doktor Mushtafa Dib Al Bugha :

و يمكن أن يقال اختصارا: يتطهر بكل ماء نبع من الأرض أو نزل من السماء

Secara ringkas dapat disimpulkan bahwa air yang sah digunakan untuk bersuci adalah setiap air yang memancar keluar dari permukaan bumi atau air yang turun dari langit.

والأصل في جواز التطهر بهذه المياه آيات، منها: قوله تعالى: و ينزل عليكم من السماء ماء ليطهركم به

Dan dalil diperbolehkannya bersuci menggunakan air semacam ini adalah ayat-ayat Al Quran diantaranya Firman Allah di Surat Al Anfal ayat 11 : dan Allah menurunkan kepada kalian air hujan dari langit untuk mensucikan kalian dengan air hujan tersebut.

Adapun dalil dari hadits Rasulullah Muhammad ﷺ diantaranya adalah ketika Rasulullah Muhammad ﷺ ditanya oleh sahabat yang berlayar di lautan bolehkah berwudhu dengan air laut? sedangkan mereka hanya membawa sedikit air ketika berlayar yang jika mereka gunakan air tersebut untuk berwudhu maka mereka akan kehausan,

فقال رسول الله ﷺ

maka Rasulullah Muhammad ﷺ bersabda :

هو الطهور ماؤه، الحل ميتته

Air laut itu suci & dapat digunakan untuk bersuci serta bangkainya halal dikonsumsi.

وقال الترمذي هذا حديث حسن صحيح

Imam At Tirmidzi menyatakan bahwa hadits ini statusnya hasan shahih.

الحل ميتته: أي

Sedangkan maksud bangkainya halal dikonsumsi adalah

يؤكل ما مات فيه – من سمك ونحوه – بدون ذبح شرعي

bangkai yang mati di laut berupa ikan dan yang semisalnya dapat langsung dimakan tanpa perlu dilakukan penyembelihan syar’i.

Biasanya maa ats tsalji diterjemahkan dengan air salju dan maa al baradi diterjemahkan dengan air es. Tepatkah terjemahan ini? Mari kita lihat penjelasan ahli fiqih madzhab Asy Syafi’iyyah.

Syaikh Muhammad Nawawi al-Bantani dalam kitab قوت الحبيب الغريب توشيح على فتح القريب المجيب yang tercetak di halaman 21 Penerbit Darul Kutub Islamiyah telah menjelaskan pengertian ماء الثلج dan juga ماء البرد :

و ماء الثلج بفتح الثاء المثلثة و هو النازل من السماء مائعا، ثم يجمد على الأرض من شدة البرد

Maa Ats Tsalji dengan huruf ث di fathah adalah air yang turun dari langit dalam keadaan cair kemudian air ini membeku di permukaan bumi dikarenakan dingin yang ekstrim.

و لا يوجد إلا في البلاد الباردة كالشام

Maa Ats Tsalji ini tidak ditemukan kecuali di negeri yang dingin seperti negeri Syam.

و ماء البرد بفتح الراء و هو النازل من السماء جامدا كالملح، ثم ينماع على الأرض

Adapun Maa Al Baradi dengan huruf ر di fathah adalah air yang turun dari langit dalam keadaan beku seperti garam kemudian air ini mencair di permukaan bumi.

كما يوجد في مكة

Sebagaimana maa al baradi ini dapat ditemukan di negeri Mekkah.

Demikianlah pembahasan ringkas terkait air yang sah digunakan untuk bersuci dan perbedaan definisi maa ats tsalji serta maa al baradi ini. Semoga bermanfaat.

و الله تعالى أعلم بالصواب

✍Yurifa Iqbal ( santri Ma’had Darussalam angkatan 3 )
Muraja’ah : Ustadz Agus Abu Husain

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *