Tidak jarang karena kesibukan duniawi yang dilakukan oleh kaum muslimin menjadikan sebagian mereka menunda pelaksanaan shalat fardhu awal waktu.
Shalat fardhu termasuk wajib muwassa’
Shalat fardhu dalam bahasan Ushul Fiqh madzhab Imam Asy Syafi’i termasuk dalam wajib muwassa’. Disebutkan dalam kitab
غاية الوصول في شرح لب الأصول
halaman 197 penerbit Dar Al Fath :
(الأصح أن وقت) الصلاة (المكتوبة) كالظهر (جوازا وقت لأدائها) ففي أي جزء منه أوقعت، فقد أوقعت في وقت أدائها الذي يسعها وغيرها، ولهذا يعرف بالواجب الموسع
Pendapat yang ashoh/terkuat dalam madzhab Asy Syafiiyah adalah waktu shalat fardhu contohnya Zhuhur di waktu jawaz (وقت الجواز) adalah waktu ada’ (waktu untuk mengerjakannya), sehingga di bagian waktu manapun shalat fardhu ini dikerjakan maka berarti telah tertunaikan dalam waktunya yang mencakup waktu pelaksanaan shalat fardhu serta shalat lainnya (semacam shalat sunnah), ini dikenal dengan istilah wajib muwassa’.
Jadi dalam wajib muwassa’ ini bisa dilakukan shalat fardhu (misalnya Zhuhur) dan selain shalat fardhu semacam shalat sunnah qabliyah Zhuhur dan shalat sunnah bakdiyah Zhuhur. Kemudian shalat fardhu zhuhur ini bisa dilakukan di bagian waktu Zhuhur manapun. Katakanlah waktu Zhuhur masuk pada pukul 11.30 WIB, maka shalat fardhu zhuhur bisa dilaksanakan pada pukul 12.00, 12.30, 13.00 sampai dengan akhir waktu shalat Zhuhur.
Bagaimana jika ingin menunda pelaksanaan shalat fardhu?
Namun perlu dipahami bahwa ada satu hal yang wajib dilakukan jika memang ingin menunda pelaksanaan shalat fardhu awal waktu. Apakah itu?
Di dalam kitab
الإقناع في حل ألفاظ أبي شجاع
juz 1 halaman 112 disampaikan :
اعلم أن وجوب هذه الصلوات موسع إلى أن يبقى من الوقت ما يسعها وإذا أراد المصلي تأخيرها إلى أثناء وقتها لزمه العزم على فعلها في الوقت على الأصح في التحقيق فإن أخرها مع العزم على ذلك ومات أثناء الوقت وقد بقي منه ما يسعها لم يعص
Ketahuilah bahwa sesungguhnya kewajiban shalat fardhu adalah kewajiban yang statusnya wajib muwassa’ sampai tersisa waktu yang memungkinkan untuk mengerjakan shalat fardhu secara sempurna, apabila seorang Muslim ingin menunda pelaksanaan shalat fardhu di tengah waktunya (alias bukan di awal waktu), maka wajib atasnya berkomitmen (berazam, العزم) untuk melakukan shalat fardhu pada waktunya berdasarkan pendapat yang ashoh/terkuat sebagaimana termaktub dalam kitab At Tahqiq, maka apabila dia menunda pelaksanaan shalat fardhu ini diiringi dengan komitmen akan melakukannya (azam, العزم) sedangkan dia wafat di tengah waktu shalat fardhu & masih tersisa waktu yang cukup untuk melakukan shalat fardhu secara sempurna maka dia tidak melakukan maksiat.
Kemudian di dalam kitab
غاية الوصول في شرح لب الأصول
halaman 198 Penerbit Dar Al Fath juga disampaikan kewajiban berkomitmen (azam, العزم) ini :
(و) الأصح (أنه) أي الشأن (يجب على المؤخر) أي مريد التأخير عن أول الوقت الذي هو سبب الوجوب (العزم) فيه على الفعل في الوقت كما صححه النووي في مجموعه
Dan pendapat yang ashoh/terkuat dalam madzhab Asy Syafiiyah adalah wajib atas seorang Muslim yang menunda pelaksanaan shalat fardhu awal waktu untuk berkomitmen (berazam, العزم) melakukan shalat fardhu tersebut di waktunya dimana awal waktu inilah sebab yang mewajibkan adanya shalat fardhu, sebagaimana yang dishahihkan Imam An Nawawi dalam kitab Al Majmu’.
Memang harus diakui bahwa dalam internal ulama Asy Syafi’iyyah ada khilaf perbedaan pendapat dalam pembahasan wajib komitmen untuk melakukan (berazam, العزم) ini.
Informasi khilaf perbedaan pendapat diantara internal ulama Asy Syafiiyah ini dapat kita jumpai misalnya di dalam kitab
بغية المشتاق في شرح اللمع لأبي إسحاق
halaman 83 penerbit Dar Ibn Katsir :
ثم اختلفوا هل يجب العزم في أول الوقت بدلا عن الصلاة فمنهم من لم يوجب ومنهم من أوجب العزم بدلا عن الفعل في أول الوقت
Kemudian ulama madzhab Asy Syafiiyah berbeda pendapat apakah wajib berkomitmen melakukan (berazam, العزم) di awal waktu shalat fardhu sebagai pengganti dari pelaksanaan shalat fardhu awal waktu? Diantara ulama Asy Syafiiyah ada yang tidak mewajibkan dan ada pula yang mewajibkan komitmen melakukan (berazam, العزم) sebagai pengganti dari pelaksanaan shalat fardhu di awal waktu.
Kemudian dalam kitab
الأشباه والنظائر في قواعد و فروع الفقه الشافعي
halaman 38 penerbit Ad Dar Al Alamiyah disebutkan :
والتحقيق : أن الأصح في الصلاة و في كل واجب موسع إذا لم يفعل في أول الوقت أنه لا بد عند التأخير من العزم على فعله في أثناء الوقت والمعروف في الأصول خلاف ذلك، وقد جزم ابن السبكي في جمع الجوامع بأنه لا يجب العزم على المؤخر
Dalam kitab At Tahqiq disampaikan : pendapat yang ashoh/terkuat dalam madzhab Asy Syafiiyah adalah kewajiban shalat fardhu & semua kewajiban yang statusnya wajib muwassa’ jika tidak dilakukan di awal waktu, maka harus ada komitmen untuk melakukan (berazam, العزم) ketika kewajiban itu ditunda pelaksanaannya pada tengah waktu, dan sudah diketahui dalam pembahasan Ushul Fiqih perbedaan pendapat diantara ulama Asy Syafiiyah mengenai hal tersebut, dalam kitab Jam’ul Jawami’ Imam Ibn Subki menetapkan pendapat tidak wajib berkomitmen melakukan (berazam, العزم) bagi siapapun yang menunda pelaksanaan shalat fardhu & wajib muwassa’.
Kesimpulan
Kesimpulannya adalah jika seorang Muslim ingin menunda pelaksanaan shalat fardhu awal waktu, maka wajib atasnya berkomitmen untuk melakukan (berazam, العزم) pada waktunya, asal jangan keluar dari waktunya, berdasarkan pendapat yang ashoh/terkuat dalam madzhab Imam Asy Syafi’i. Sebagaimana yang dijelaskan dalam kitab
فتح المعين بشرح قرة العين بمهمات الدين
juz 1 halaman 79 penerbit Dar Ibn Hazm :
واعلم أن الصلاة تجب بأول الوقت وجوبا موسعا فله التأخير عن أوله إلى وقت يسعها بشرط أن يعزم على فعلها فيه
Ketahuilah, sesungguhnya shalat fardhu 5 waktu wajib dikerjakan dengan masuknya awal waktu dengan kewajiban yang statusnya wajib muwassa’, maka shalat fardhu di awal waktu boleh ditunda pelaksanaannya sampai waktu yang masih memungkinkan untuk dikerjakan seluruh rakaat secara sempurna dengan syarat harus ada komitmen untuk melakukan (berazam, العزم) di waktunya.
Demikian pembahasan ringkas terkait hal ini. Semoga bermanfaat.
و الله تعالى أعلم بالصواب
Yurifa Iqbal (santri Ma’had Darussalam Asy Syafi’i angkatan 3)
Murajaah : ustaz Agus Abu Husain