Bermesra-mesra nyuapi istri, tapi dapat pahala, kok bisa?

Bermesra-mesra nyuapi istri, tapi dapat pahala, kok bisa?

Yuk simak perkataan Ibnu ‘Allan disini

وإنما يثاب على عمله بنيته، وأن الإنفاق على العيال
يثاب عليه إذا قصد وجه الله تعالى به. وفيه أن المباح إذا قصد به وجه الله صار طاعة ويثاب عليه؛ إذ وضع اللقمة في فم امرأته إنما يكون في العادة عند الملاعبة والملاطفة والتلذّذ بالمباح، فهذه الحالة أبعد الأشياء عن الطاعة وأمور الآخرة، ومع ذلك فقد أخبر الشارع بأن ذلك يؤجر عليه بالقصد الجميل. فغير هذه الحالة أولى بحصول الأجر إذا قصد به وجهالله. ويؤخذ منه أن الإنسان إذا فعل مباحًا من أكل أو شرب وقصد به وجه الله كالاستعانة بذلك على الطاعة وبالنوم على قيام الليل يثاب عليه

Seseorang itu kalau beramal, hanya mendapat pahala/balasan sesuai dengan apa yang diniatkannya.

Seandainya seseorang itu memberi nafkah pada keluarganya, maka dia hanya akan dapat pahala jika ini diniatkan untuk mencari wajh Allah ta’ala.
(Ini penting, jangan sampai kita kasih nafkah istri, cuma formalitas aja, cuma ikut-ikutan tetangga, ikut umumnya orang. Sampai lupa niat mencari pahala saat memberi istri nafkah).

Sudah menjadi anugrah syariat, kalau seseorang itu mengerjakan hal mubah, tapi dia niatkan untuk mencari wajh Allah, cari pahala, cari ridho Allah, maka hal mubah tadi berubah jadi ketaatan, plus bonus diberikan pahala dari Allah.

Contoh semisal seorang suami menyuapi makanan kepada istrinya yang dia sayangi. Kalau dilihat, maka ini hanyalah hal mubah yang biasa dilakukan. Bahkan di sini ada canda ria dengan istri, saling merayu, dan bahkan bernikmat-nikmat dengan hal mubah.

Maka kenikmatan yang disebutkan di atas, rasa-rasanya sangat jauh dari yang namanya taat atau berbau perkara akhirat.

Nah! Bersamaan dengan itu pula, Allah sang pembuat syariat menjelaskan bahwa kita akan diberikan pahala karena melakukan hal-hal tadi, dengan syarat memiliki niat yang baik (yaitu niat untuk ibadah pada Allah).

Maka tentunya selain hal di atas (menyuapi istri), lebih-lebih lagi dapat mendatangkan pahala, dengan syarat berniat mencari wajh Allah.

Kesimpulannya, seseorang yang melakukan hal mubah seperti makan atau minum, jika dia niatkan untuk mencari wajh Allah, maka dia diberi pahala. Contoh niat mengharap wajh Allah adalah makan dengan niat agar badan kuat beribadah atau tidur dengan niat agar bisa sholat malam.

——

Diterjemahkan bebas dari kitab Dalilul Falihin Syarah Riyadhus Shalihin karya Imam Ibnu ‘Allan Asy-Syafi’i Al-Makki.

Ditulis oleh Dany Permana, santri Ma’had Darussalam Asy-Syafi’i angkatan 2


Silakan disebarkan dan follow media kami untuk mendapat update terkait Mahad Darussalam
Web: darussalam.or.id
FB: fb.me/darussalam.or.id
IG: instagram.com/darussalam.or.id
YT: youtube.com/mahaddarussalam
WA: chat.whatsapp.com/F5udYkGAB10KWmOTfbbI4h


Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *