Konsep Takhsish Umum Bil Makna & Contohnya

Imam Asy Syafi’i diketahui punya 2 pendapat (qaul) yang berkaitan dengan pembahasan ini. Namun manakah dari 2 pendapat tersebut yang lebih kuat?

Sebelumnya perlu diketahui bahwa generasi salaf tidak menggunakan redaksi illah (العلة). Hanyalah yang generasi salaf gunakan dalam bahasan ini adalah redaksi makna (المعنى).

Di dalam kitab
البحر المحيط في أصول الفقه
juz 4 halaman 500 disampaikan :

المنقول عن الشافعي أنه لا يجوز تخصيص العموم بالمعنى

Yang dinukil dari Imam Asy Syafi’i adalah konsep takhsish umum bil makna tidak diperbolehkan.

Tidak diperbolehkannya konsep takhsish umum bil makna ini merupakan salah satu dari dua pendapat Imam Asy Syafi’i.

Pendapat Imam Asy Syafi’i yang lain menginformasikan bahwa konsep takhsish umum bil makna ini diperbolehkan!

Masih dalam kitab
البحر المحيط في أصول الفقه
juz 4 halaman 498 disampaikan :

أن هذه المسألة غير مسألة تخصيص العموم بالمعنى، فإن تلك للشافعي فيها قولان، ولهذا تردد في نقض الوضوء بالمحارم لأجل عموم ﴿أو لامستم النساء﴾ [النساء: ٤٣]، والتخصيص بالمعنى – وهو الشهوة – منتفية فيهم

Pada bahasan takhsish umum bil makna ini Imam Asy Syafi’i memiliki 2 pendapat. Oleh karena itu Imam Asy Syafi’i bimbang apakah sentuhan seorang Muslim kepada kulit wanita mahramnya membatalkan wudhu karena terdapat keumuman ayat (أو لامستم النساء = atau kalian telah menyentuh wanita), karena ayat ini ditakhsish/dikhususkan dengan makna yaitu ketiadaan syahwat pada wanita mahramnya.

Perlu diketahui bahwa tidak batalnya wudhu seorang Muslim yang menyentuh kulit wanita mahramnya adalah pendapat Imam Asy Syafi’i yang terkuat!

Masih dalam kitab
البحر المحيط في أصول الفقه
juz 4 halaman 499 disampaikan :

وأصح قوليه: أن الطهارة لا تنقض بمسهن

Pendapat Imam Asy Syafi’i yang terkuat adalah : wudhu seorang Muslim tidak batal karena menyentuh kulit wanita mahramnya.

Di dalam kitab
أثر تعليل النص على دلالته
halaman 133 terdapat keterangan sebagai berikut :

مثاله تعليل الحكم في آية ﴿أو لامستم النساء﴾ [النساء: ٤٣] بأن اللمس مظنة الاستمتاع، فإنه يخرج من النساء المحارم فلا ينقض لمسهن الوضوء، كما هو أظهر قولي الشافعي. الثاني: ينقض عملا بالعموم

Contohnya adalah illah (alasan hukum) pada ayat

(أو لامستم النساء = atau kalian telah menyentuh wanita),

dimana sentuhan ke wanita berpeluang memunculkan kenikmatan dan kelezatan, dan peluang ini tidak terjadi pada sentuhan ke kulit wanita yang ada hubungan mahram sehingga sentuhan ke wanita mahram tidak membatalkan wudhu yang merupakan pendapat terkuat dari 2 pendapat Imam Asy Syafi’i, adapun pendapat Imam Asy Syafi’i yang kedua adalah sentuhan kulit pada wanita mahram tetap membatalkan wudhu konsekuensi dari mengamalkan keumuman ayat Al Quran.

Dalam kitab
مغني المحتاج إلى معرفة معاني ألفاظ المنهاج
juz 1 halaman 68 disampaikan :

والقولان مبنيان على أنه هل يجوز أن يستنبط من النص معنى يخصصه؟ أو لا؟ والأصح الجواز

Pendapat batal atau tidak batalnya wudhu seorang Muslim yang menyentuh kulit wanita mahramnya didasarkan pada konsep apakah diperbolehkan menggali makna (illah alasan hukum) dari nash yang akan mengkhususkan keumuman nash atau tidak? Pendapat terkuat (الأصح, al ashshoh) dalam madzhab adalah diperbolehkan!

Kesimpulannya adalah sebagai keterangan dari kitab
كفاية الأخيار في حل غاية الإختصار
halaman 64 – 65 Darul Faiha berikut ini :

وإن لمس محرما بنسب أو رضاع أو مصاهرة٫ فهل ينتقض الوضوء؟ قولان

Apabila seorang Muslim menyentuh wanita mahramnya baik mahram nasab, mahram sepersusuan, atau mahram karena pernikahan, apakah wudhunya batal? Ada 2 pendapat.

أحدهما : ينتقض لعموم الآية٫ والراجح : أنه لا ينتقض٫ لأن المحرم ليست في مظنة الشهوة٫ ويجوز أن يستنبط من النص معنى يخصص عمومه٫ والمعنى في نقض الوضوء : كون غير المحرم في مظنة الشهوة ٫ وهذا مفقود في المحرم

Pendapat pertama wudhunya batal konsekuensi dari mengamalkan keumuman ayat Al Quran, sedangkan pendapat yang rajih (kuat, unggul) dalam madzhab wudhunya tidak batal, karena hubungan mahram tidak memunculkan peluang syahwat, dan diperbolehkan menggali makna (illah alasan hukum) dari nash yang akan mengkhususkan keumuman nash dimana illah batalnya wudhu karena menyentuh wanita bukan mahram adalah adanya potensi syahwat, dan potensi syahwat ini tidak ada pada hubungan mahram.

Demikian pembahasan ringkas konsep takhsish umum bil makna beserta contoh dan pendapat terkuat dalam madzhab Imam Asy Syafi’i.

الله أعلم

Yurifa Iqbal (santri Ma’had Darussalam Asy Syafi’i angkatan 3)

Murajaah : ustaz Agus Abu Husain

—–

📩 Silakan disebarkan dan follow media kami untuk mendapat update terkait Mahad Darussalam

Web: darussalam.or.id
FB: fb.me/darussalam.or.id
IG: instagram.com/darussalam.or.id
YT: youtube.com/mahaddarussalam
WA: chat.whatsapp.com/F5udYkGAB10KWmOTfbbI4h

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *